Berorganisasi adalah salah satu aktifitas yang paling banyak digeluti oleh seorang mahasiswa dalam dinamika kehidupannya di kampus, selain aktifitas kuliah. Bisa dikatakan aktifitas ini merupakan jantung kehidupan dunia mahasiswa. Oleh karena itu, tidak salah jika banyak sekali pilihan organisasi yang tersedia bagi mahasiswa, baik yang berada dalam internal kampus maupun organisasi mahasiswa yang tidak berada dalam naungan sebuah perguruan tinggi. Di dalam kampus, beragam jenis organisasi tersebut antara lain, organisasi “negara” mahasiswa baik di tingkat universitas, kalau perguruan tinggi itu berbentuk universitas, dan di tingkat fakultas, yang terdiri dari lembaga eksekutif yang biasanya disebut LEM ataupun BEM, dan lembaga legislatif yang akrab disebut DEMA, DPM, atau SEMA. Di tingkat jurusan, mahasiswa juga punya organisasi yang disebut himpunan mahasiswa jurusan, tergantung jurusan yang digeluti mahasiswa tersebut. Biasanya, aktifitas mahasiswa yang bergelut di organisasi mahasiswa jurusan ini terkait langsung dengan disiplin lmu yang digeluti mahasiswa tersebut. Ada juga organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang jurnalistik atau lembaga pers mahasiswa (LPM), dan organisasi-organisasi mahasiswa yang sifatnya pengembangan minat dan bakat, seperti unit olahraga, seni, pencinta alam, dan yang sejenisnya. Sementara di luar kampus biasanya terdiri dari organisasi pengkaderan dan pergerakan seperti HMI, KAMMI, GMNI, dan yang sejenisnya, serta organisasi kedaerahan. Tidak jarang juga mahasiswa mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Kenapa mahasiswa harus berorganisasi ?. Tidak sedikit jawaban atas pertanyaan ini. Yang Pasti berorganisasi bagi mahasiswa dapat menjadi ajang untuk mengaplikasikan dan mengaktualisasikan ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya baik dari perkuliahan, hasil pengalaman, membaca dan diskusi-diskusi, secara terorganisir dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata. Dari berorganisasi, seseorang dapat belajar untuk mengenal diri sendiri, mengenal orang lain yang berbeda dari dirinya, serta mampu melihat, mengakomodir, dan menyelesaikan konflik dari perbedaan tersebut. Singkatnya belajar untuk bekerja sama dengan karakter-karakter yang berbeda untuk satu tujuan sesuai dengan visi misi organisasi yang dibawakannya. Dari berorganisasi seorang juga mampu membuka jejaring dengan orang lain atau lembaga lain, yang tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti ketika si mahasiswa telah selesai dari jabatannya sebagai mahasiswa dan memasuki dunia nyata, dunia masyarakat sesungguhnya, dunia kerja, jejaring tersebut dapat menjadi hal yang sangat besar manfaatnya. Dan satu lagi lagi, dari sini kita dapat mendapat banyak teman-teman baru dan mungkin pacar baru.
Lalu bagaimana dengan tujuan utama mahasiswa untuk masuk dunia kampus, yaitu kuliah dan menuntut ilmu ?. Pertanyaan ini memang selalu muncul jika kita melihat fenomena-fenomena dan kalau mungkin bisa dikatakan stereotip bahwa mahasiswa yang berorganisasi selalu menjadi mahasiswa yang paling lama. Dengan kata lain proses perkuliahannya cenderung lama atau bahkan tidak selesai sama sekali dan menjadi “mahasiswa abadi”. Berorganisasi juga dapat menjadi hal yang ternomor sekiankan jika kita menghubungkannya dengan fenomena semakin mahalnya biaya pendidikan, yang menuntut mahasiswa untuk segera menyelesaikan kuliahnya jika ia tidak ingin terbelit soal biaya kuliah yang mahal tersebut. Apakah dengan kondisi ini berorganisasi bagi mahasiswa akan semakin ditinggalkan ?.
Bagaimana kita menyikapi persoalan tersebut atau minimal menjawab pertanyaan di atas ?. Pertama yang perlu dipahami bersama bahwa proses belajar, mencari ilmu, menambah wawasan dan pengalaman tidak hanya diproleh di bangku kuliah. Dan yang lebih penting lagi bahwa ilmu dan pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang akan hambar tanpa diaktualisasikan. Dari dunia organisasi inilah mahasiswa belajar untuk mengaplikasikan semua ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya secara sistematis dan terorganisir. Dan segala yang dilakukan tersebut akan menambah pengalaman dan menjadi sebuah proses pembelajaran yang baru. Disitulah pentingnya memadukan kedua hal tersebut, yaitu antara semua teori dan metode yang telah diperoleh mahasiswa di bangku kuliah dan mengaplikasikannya dalam bentuk kegiatan nyata dalam dunia organisasi mahasiswa.
Satu hal yang juga penting untuk dipahami bahwa seorang mahasiswa harus peka terhadap persoalan masyarakat dan bangsa. Sementara untuk bisa peka terhadap persoalan tersebut seseorang harus mampu melihat dengan jernih dan objektif segala persoalan itu. Bagaimana seorang mahasiswa bisa peka jika mereka dalam proses belajarnya tidak pernah bersentuhan langsung dengan masyarakat, tidak pernah melihat dan merasakan persoalan masyarakat, dan hanya bergelut dengan metode dan teori di kelas serta buku di perpustakaan. Membaca dan perpustakaan memang merupakan hal yang sangat penting bagi mahasiswa, kalau bisa dikatakan faktor utama dalam proses pembelajarannya. Tetapi semua yang telah dipelajari tersebut perlu untuk diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk itu, organisasi dapat menjadi jembatan bagi si mahasiswa agar mampu melihat, merasakan, bersosialisasi, dan kemudian menyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat di masyarakat. Atau minimal dari berorganisasi di tingkat mahasiswa, dapat menjadi pembelajaran bersosialisasi dan bekerja bersama tahap awal sebelum terjun langsung dalam dunia masyarakat yang sesungguhnya..
Kedua, seorang mahasiswa harus mampu menjadi manajer bagi dirinya sendiri, baik untuk melakukan manajemen aktifitas maupun manajemen waktu. Faktor inilah sebenarnya yang menjadi kunci utama keberhasilan untuk memadukan keduanya atau jika ada faktor ketiga, berarti ketiganya. Seorang mahasiswa harus mampu memutuskan dan menentukan skala prioritas bagi setiap aktifitas yang dipilihnya dengan segala pertimbangan yang rasional dan konsekuensinya. Prioritas tersebut pun seharusnya berjenjang. Dalam artian bahwa terdapat prioritas utama, kedua, ketiga seterusnya. Semua prioritas yang telah ditetapkan ini tentu harus dilakukan dengan penuh komitmen.
Setelah si mahasiswa mampu menyusun skala prioritas dari aktifitas yang telah dipilihnya, selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan manajemen waktu. Hal ini juga menjadi kunci utama dalam persoalan pilihan-pilihan aktifitas yang dipilih oleh mahasiswa dengan kata lain antara berorganisasi dan kuliah. Mahasiswa harus mampu membagi waktu sebisa mungkin agar semua faktor-faktor tersebut dapat dilakukan. Namun apabila terjadi benturan waktu, maka si mahasiswa sudah memiliki prioritas yang didahulukan dan alternatif penyelesaian lainnya.
Berorganisasi sebenarnya bukanlah hal yang sulit dan menakutkan. Berorganisasi justru dapat menjadi pelajaran penting dalam menghadapi persoalan pelik yang selama ini menjadi momok mahasiswa, yaitu mencari pekerjaan setelah lulus dari kampus. Ini adalah salah satu yang dapat dijadikan alternatif dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan di kampus. Inilah salah satu bagian dari proses si mahasiswa dalam membentuk pola berpikir sistematis dan membiasakan diri untuk menyelesaikan persoalan secara sistematis pula. Artinya antara menggali ilmu dan pengetahuan lewat kuliah, membaca, dan mengaktualisasikannya lewat aktifitas berorganisasi adalah salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi, semua itu kembali lagi pada pribadi si mahasiswa. Karena persoalan-persoalan yang muncul dan dihadapi si mahasiswa dalam dunia kampus dengan segala dinamikanya dan dunianya di luar kampus sangat beragam.