Monday, October 01, 2007

Antara Kuliah dan Berorganisasi : Apakah Sebuah Pilihan ?

Berorganisasi adalah salah satu aktifitas yang paling banyak digeluti oleh seorang mahasiswa dalam dinamika kehidupannya di kampus, selain aktifitas kuliah. Bisa dikatakan aktifitas ini merupakan jantung kehidupan dunia mahasiswa. Oleh karena itu, tidak salah jika banyak sekali pilihan organisasi yang tersedia bagi mahasiswa, baik yang berada dalam internal kampus maupun organisasi mahasiswa yang tidak berada dalam naungan sebuah perguruan tinggi. Di dalam kampus, beragam jenis organisasi tersebut antara lain, organisasi “negara” mahasiswa baik di tingkat universitas, kalau perguruan tinggi itu berbentuk universitas, dan di tingkat fakultas, yang terdiri dari lembaga eksekutif yang biasanya disebut LEM ataupun BEM, dan lembaga legislatif yang akrab disebut DEMA, DPM, atau SEMA. Di tingkat jurusan, mahasiswa juga punya organisasi yang disebut himpunan mahasiswa jurusan, tergantung jurusan yang digeluti mahasiswa tersebut. Biasanya, aktifitas mahasiswa yang bergelut di organisasi mahasiswa jurusan ini terkait langsung dengan disiplin lmu yang digeluti mahasiswa tersebut. Ada juga organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang jurnalistik atau lembaga pers mahasiswa (LPM), dan organisasi-organisasi mahasiswa yang sifatnya pengembangan minat dan bakat, seperti unit olahraga, seni, pencinta alam, dan yang sejenisnya. Sementara di luar kampus biasanya terdiri dari organisasi pengkaderan dan pergerakan seperti HMI, KAMMI, GMNI, dan yang sejenisnya, serta organisasi kedaerahan. Tidak jarang juga mahasiswa mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Kenapa mahasiswa harus berorganisasi ?. Tidak sedikit jawaban atas pertanyaan ini. Yang Pasti berorganisasi bagi mahasiswa dapat menjadi ajang untuk mengaplikasikan dan mengaktualisasikan ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya baik dari perkuliahan, hasil pengalaman, membaca dan diskusi-diskusi, secara terorganisir dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata. Dari berorganisasi, seseorang dapat belajar untuk mengenal diri sendiri, mengenal orang lain yang berbeda dari dirinya, serta mampu melihat, mengakomodir, dan menyelesaikan konflik dari perbedaan tersebut. Singkatnya belajar untuk bekerja sama dengan karakter-karakter yang berbeda untuk satu tujuan sesuai dengan visi misi organisasi yang dibawakannya. Dari berorganisasi seorang juga mampu membuka jejaring dengan orang lain atau lembaga lain, yang tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti ketika si mahasiswa telah selesai dari jabatannya sebagai mahasiswa dan memasuki dunia nyata, dunia masyarakat sesungguhnya, dunia kerja, jejaring tersebut dapat menjadi hal yang sangat besar manfaatnya. Dan satu lagi lagi, dari sini kita dapat mendapat banyak teman-teman baru dan mungkin pacar baru.
Lalu bagaimana dengan tujuan utama mahasiswa untuk masuk dunia kampus, yaitu kuliah dan menuntut ilmu ?. Pertanyaan ini memang selalu muncul jika kita melihat fenomena-fenomena dan kalau mungkin bisa dikatakan stereotip bahwa mahasiswa yang berorganisasi selalu menjadi mahasiswa yang paling lama. Dengan kata lain proses perkuliahannya cenderung lama atau bahkan tidak selesai sama sekali dan menjadi “mahasiswa abadi”. Berorganisasi juga dapat menjadi hal yang ternomor sekiankan jika kita menghubungkannya dengan fenomena semakin mahalnya biaya pendidikan, yang menuntut mahasiswa untuk segera menyelesaikan kuliahnya jika ia tidak ingin terbelit soal biaya kuliah yang mahal tersebut. Apakah dengan kondisi ini berorganisasi bagi mahasiswa akan semakin ditinggalkan ?.
Bagaimana kita menyikapi persoalan tersebut atau minimal menjawab pertanyaan di atas ?. Pertama yang perlu dipahami bersama bahwa proses belajar, mencari ilmu, menambah wawasan dan pengalaman tidak hanya diproleh di bangku kuliah. Dan yang lebih penting lagi bahwa ilmu dan pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang akan hambar tanpa diaktualisasikan. Dari dunia organisasi inilah mahasiswa belajar untuk mengaplikasikan semua ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya secara sistematis dan terorganisir. Dan segala yang dilakukan tersebut akan menambah pengalaman dan menjadi sebuah proses pembelajaran yang baru. Disitulah pentingnya memadukan kedua hal tersebut, yaitu antara semua teori dan metode yang telah diperoleh mahasiswa di bangku kuliah dan mengaplikasikannya dalam bentuk kegiatan nyata dalam dunia organisasi mahasiswa.
Satu hal yang juga penting untuk dipahami bahwa seorang mahasiswa harus peka terhadap persoalan masyarakat dan bangsa. Sementara untuk bisa peka terhadap persoalan tersebut seseorang harus mampu melihat dengan jernih dan objektif segala persoalan itu. Bagaimana seorang mahasiswa bisa peka jika mereka dalam proses belajarnya tidak pernah bersentuhan langsung dengan masyarakat, tidak pernah melihat dan merasakan persoalan masyarakat, dan hanya bergelut dengan metode dan teori di kelas serta buku di perpustakaan. Membaca dan perpustakaan memang merupakan hal yang sangat penting bagi mahasiswa, kalau bisa dikatakan faktor utama dalam proses pembelajarannya. Tetapi semua yang telah dipelajari tersebut perlu untuk diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk itu, organisasi dapat menjadi jembatan bagi si mahasiswa agar mampu melihat, merasakan, bersosialisasi, dan kemudian menyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat di masyarakat. Atau minimal dari berorganisasi di tingkat mahasiswa, dapat menjadi pembelajaran bersosialisasi dan bekerja bersama tahap awal sebelum terjun langsung dalam dunia masyarakat yang sesungguhnya..
Kedua, seorang mahasiswa harus mampu menjadi manajer bagi dirinya sendiri, baik untuk melakukan manajemen aktifitas maupun manajemen waktu. Faktor inilah sebenarnya yang menjadi kunci utama keberhasilan untuk memadukan keduanya atau jika ada faktor ketiga, berarti ketiganya. Seorang mahasiswa harus mampu memutuskan dan menentukan skala prioritas bagi setiap aktifitas yang dipilihnya dengan segala pertimbangan yang rasional dan konsekuensinya. Prioritas tersebut pun seharusnya berjenjang. Dalam artian bahwa terdapat prioritas utama, kedua, ketiga seterusnya. Semua prioritas yang telah ditetapkan ini tentu harus dilakukan dengan penuh komitmen.
Setelah si mahasiswa mampu menyusun skala prioritas dari aktifitas yang telah dipilihnya, selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan manajemen waktu. Hal ini juga menjadi kunci utama dalam persoalan pilihan-pilihan aktifitas yang dipilih oleh mahasiswa dengan kata lain antara berorganisasi dan kuliah. Mahasiswa harus mampu membagi waktu sebisa mungkin agar semua faktor-faktor tersebut dapat dilakukan. Namun apabila terjadi benturan waktu, maka si mahasiswa sudah memiliki prioritas yang didahulukan dan alternatif penyelesaian lainnya.
Berorganisasi sebenarnya bukanlah hal yang sulit dan menakutkan. Berorganisasi justru dapat menjadi pelajaran penting dalam menghadapi persoalan pelik yang selama ini menjadi momok mahasiswa, yaitu mencari pekerjaan setelah lulus dari kampus. Ini adalah salah satu yang dapat dijadikan alternatif dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan di kampus. Inilah salah satu bagian dari proses si mahasiswa dalam membentuk pola berpikir sistematis dan membiasakan diri untuk menyelesaikan persoalan secara sistematis pula. Artinya antara menggali ilmu dan pengetahuan lewat kuliah, membaca, dan mengaktualisasikannya lewat aktifitas berorganisasi adalah salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi, semua itu kembali lagi pada pribadi si mahasiswa. Karena persoalan-persoalan yang muncul dan dihadapi si mahasiswa dalam dunia kampus dengan segala dinamikanya dan dunianya di luar kampus sangat beragam.

Susunan Pengurus HIMA Periode 2006-2007

Ketua Umum : Kukuh Septo Wiyamto
Sekretaris Umum : Bayu Erliaji
Bendahara : Dian Rahayu Ekowati
Divisi kesekretariatan : Andiyani Hikmawati
Damai

Bidang-bidang :
Pengabdian Masyarakat : Ageng Yudhanto (Co)
Agni Sesaria Mochtar
Muasomah
Vincensius N.

Informasi dan Komunikasi : Indra Andika Rossadi (Co)
Amin Yudhispratama
Adya Grahita
Yoses Tanzaq

Penelitian dan Penalaran Ilmiah : Kristanti Wisnu Aji Wardani (Co)
Seksi Ilmiah Lapangan : Ahmad Surya Ramadhan (Co)
Hadmadi
Arif Ardianto
Seksi Diskusi : Irsyad Martias (Co)
Anggit Yudy Pratama
Yohanes Kurniawan

Pengembangan Minat dan Bakat : Danang Indra Prayudha (Co)
Seksi Seni : Camella Sukma Dara (Co)
Seksi Olahraga : Helmi Beryliansyah (Co)
Adieta Noviandi

Pengelolaan Properti Organisasi : Miftah Fauzi (Co)
Ari Mukti Wardoyo Adi
Nugrahadi Mahanani
Yodhananta Wikrama
Helmi Yanuar

Dana Usaha : Carlos Iban (Co)
Imam Nazarudin
Ramanda Primawan
Gregorius Elvan Demas

Sejarah Berdirinya Himpunan Mahasiswa Arkeologi

Salah satu organisasi dari sekian banyaknya pilihan organisasi dalam dunia kampus adalah organisasi mahasiswa di tingkat jurusan atau yang akrab dipanggil himpunan mahasiswa jurusan. Himpunan mahasiswa jurusan, karena berada dalam naungan dan bimbingan jurusan, maka segala bentuk aktifias dan kegiatannya sangat terkait erat dengan disiplin ilmu jurusan tersebut. Pilihan untuk aktif dalam organisasi mahasiswa di tingkat jurusan ini biasanya menjadi alternatif bagi seorang mahasiswa untuk menyesuaikan antara kuliah dan berorganisasi. Stereotip yang mengatakan mahasiswa yang aktif berorganisasi akan menjadi mahasiswa yang lama dalam menyelesaikan studinya sedikitnya dapat terhapus.
Jurusan Arkeologi, yang merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, pun memiliki organisasi atau himpunan mahasiswa jurusan yang bernama Himpunan Mahasiswa Arkeologi atau lebih akrab dipanggil HIMA. HIMA didirikan pada tanggal 19 November 1964, atau hampir seusia dengan jurusan Arkeologi FIB UGM sendiri yang dibentuk pada tahun 1962-1963. Usia 40 tahun bagi sebuah organisasi mahasiswa jurusan tentulah merupakan usia yang telah matang. Di usia yang telah matang tersebut, HIMA telah banyak menyumbangkan hal-hal yang bermanfaat bagi anggotanya maupun bagi dunia keilmuan Arkeologi. Lulusan jurusan arkeologi yang semasa menjadi mahasiswa pernah terlibat dalam aktifitas HIMA telah banyak yang menjadi organisatoris dan arkeolog yang tangguh. Mereka tersebar di instansi-instansi Arkeologi, baik yang telah menjadi dosen di jurusan maupun yang telah bekerja di instansi-insatansi pemerintah yang bergerak di bidang arkeologi, sejarah, kebudayaan, pariwisata dan lainnya.
HIMA mempunyai visi dan misi menjadi wadah bagi anggotanya dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan keilmuan yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan tetap berpegang pada tri dharma perguruan tinggi dan berwawasan almamater. Pengembangan keilmuan arkeologi dan memberikan sumbangsih yang nyata bagi masyarakat menjadi hal penting yang diusung oleh setiap warga. Cita-cita ideal tersebut tentu selalu diharapkan untuk dicapai oleh mahasiswa-mahasiswa yang menjadi warganya, yaitu mahasiswa Arkeologi FIB-UGM.
Sebagaimana umumnya sebuah organisasi, HIMA tentu memiliki struktur untuk memudahkan dalam menjalankan roda organisasi sehingga semua kegiatan dan program yang direncanakan dapat berjalan dengan terarah, terpola dan sistematis. Struktur tersebut terdiri dari perangkat-perangkat yang terbagi dalam beberapa bidang yang sesuai dengan spesifikasi kerja yang akan dilaksanakannya (struktur kepengurusan dapat dilihat pada lampiran susunan kepengurusan). Pada periode kepengurusan 2005-2006 ini HIMA diketuai oleh saudara Jusman Mahmud, mahasiswa angkatan 2002.
Selain bidang-bidang, HIMA juga mempunyai dua Badan Semi Otonom (BSO). BSO merupakan sebuah struktur tersendiri yang lepas dari bidang-bidang dan memiliki arah struktur, dan spesifikasi kerja tersendiri yang tetap mengacu pada visi-misi organisasi dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum. Kedua BSO HIMA tersebut adalah Lembaga Pers Mahasiswa Artefak dan Komunitas Arkeologi Penjelajah Alam dan Kebudayaan (KAPAK).
Artefak pada awalnya merupakan karya penerbitan anak-anak HIMA yang dimunculkan pada tahun 1983. Niatan untuk membuat sebuah majalah ilmiah dan media komunitas bagi mahasiswa Arkeologi UGM maupun mahasiswa Arkeologi di Indonesia tidak lepas dari keinginan para pendahulu untuk mengaktualisasikan lewat tulisan dan mensosialisasikan karya-karya penelitian dan informasi perkembangan ilmu Arkeologi dan kegiatan anak-anak HIMA. Pada awalnya majalah Artefak berada dibawah bidang penerbitan HIMA. Tetapi karena dirasa dalam pengelolaannya perlu untuk menciptakan sebuah mekanisme kerja dan struktur yang lebih semi otonom maka dibentuklah BSO Artefak. Sampai saat ini Artefak telah menelurkan 27 Edisi.
Sementara untuk BSO KAPAK, dalam hal usia terbilang masih belia. BSO ini didirikan pada tahun 2003. Latar belakang didirikannya BSO ini adalah kebutuhan teman-teman mahasiswa untuk melakukan serangkaian kegiatan pelatihan lapangan yang lebih intensif dan sistematis untuk mengaplikasikan langsung teori dan metode yang diperoleh di bangku kuliah, sehingga terjadi keseimbangan antara perolehan ilmu dan pengetahuan kearkeologian lewat kelas dan di lapangan. KAPAK sendiri terdiri dari dua divisi yaitu Divisi Darat dan Divisi Selam yang kemungkinan sebentar lagi berganti nama menjadi Divisi Underwater Arkeologi.
Pada kepengurusan periode 2005-2006 ini, serangkaian program telah disusun oleh pengurus. Secara garis besar program-program tersebut dapat dikategorikan menjadi program kerja umum, khusus (bidang-bidang), insidental, dan program kerja setiap BSO. Program umum terdiri dari serangkaian kegiatan inisisasi dan penyambutan bagi teman-teman mahasiswa baru jurusan Arkeologi FIB-UGM atau calon warga HIMA yang baru, yang terdiri dari Welcome Party, Abhiseka Ratri (Studi Wawasan dan Pengenalan Lapangan), dan Situs ke Situs. Khusus untuk kegiatan Abhiseka Ratri, kegiatan ini sekaligus menjadi syarat bagi teman-teman baru untuk dapat menjadi warga HIMA. Selain kegiatan inisisasi, program kerja umum lainnya adalah perayaan HUT HIMA pada bulan November yang rencananya akan mengadakan kegiatan temu alumni dan halal bihalal.
Program kerja khusus adalah program kerja yang diselenggarakan oleh bidang-bidang. Program ini terdiri dari kegiatan rutin dan kegiatan eventual. Kegiatan rutin seperti olahraga dan latihan fisik rutin agar setiap saat bila kita akan ke lapangan kondisi fisik selalu terjaga. Kegiatan rutin lainnya adalah kunjungan situs dan survei, diskusi bulanan, dan rencananya pameran foto dan pemutaran film tiap dua bulanan sebagai bentuk publikasi dan sosialisasi arkeologi ke masyarakat. Salah satu kegiatan rutin dua tahunan di HIMA telah terlaksana pada tanggal 11-18 Juli 2005, yaitu Inventarisasi Kepurbakalaan Gunung Wilis Jalur Kediri - Ponorogo. Adapun kegiatan eventual yang rencananya akan dilaksanakan adalah Lomba Karya Tulis Ilmiah tiingkat Pelajar SMU di Yogyakarta dan workshop pelestarian Benda Cagar Budaya, Pelatihan Analisa Sosial Kearkeologian, dan Inventarisasi Bangunan Kuna Yogyakarta.
Program kerja insidental adalah program kerja yang direncanakan jika terdapat hal-hal yang dirasa perlu untuk dilaksanakan. Umumnya kegiatan seperti ini muncul dari ide-ide dari aktifitas diskusi teman-teman mahasiswa. Semakin sering berdiskusi, baik formal maupun hanya ngobrol ngalor ngidul ala mahasiswa, biasanya semakin banyak ide-ide yang muncul. Dan sebisa mungkin ide-ide tersebut akan diakomodir oleh pengurus.
Kegiatan Artefak dan KAPAK pada dasarnya kegiatan rutin, yaitu jika Artefak membuat dan memproduksi Majalah Ilmiah Mahasiswa setiap semester serta Buletin sebagai media komunitas mahasiswa Arkeologi tiap bulannya, maka KAPAK melakukan serangkaian kegiatan pelatihan lapangan, baik di darat maupun di laut. Salah satu nilai plus dari kegiatan KAPAK, khususnya Divisi Selam adalah teman-teman dapat mengikuti serangkaian pelatihan yang bermuara pada sertifikasi penyelaman. Memang untuk aktifitas ini terbilang mahal, karena dalam rangkaian pelatihannya membutuhkan biaya yang besar untuk sewa alat rutin dan pada saat harus melakukan Latihan Perairan Terbuka, sampai proses sertifikasinya.
Selain kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tubuh organisasi, HIMA juga menjalin hubungan yang erat dengan lembaga-lembaga lainnya, baik lembaga Arkeologi maupun lembaga lainnya. Mahasiswa Arkeologi se Indonesia memiliki sebuah forum yang bernama Forum Komunikasi Mahasiswa Arkeologi se Indonesia (FKMAI), dan HIMA pun terlibat didalamnya sebagai anggota. Kegiatan rutin forum ini adalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi Mahasiswa se Indonesia (PIAMI) setiap dua tahun sekali dan pelaksanannya secara bergantian oleh anggotanya, yaitu Himpunan Mahasiswa Arkeologi (HIMA) FIB-UGM, Keluarga Mahasiswa Arkeologi (KAMA) Universitas Indonesia di Jakarta, Warga Mahasiswa Arkeologi (WARMA) Universitas Udayana di Denpasar Bali, dan Keluarga Mahasiswa Arkeologi (KAISAR) Universitas Hasanuddin di Makassar Sulawesi Selatan. Pada tahun 2006 PIAMI akan diselenggarakan oleh KAISAR di Makassar, Sulawesi Selatan. FKMAI juga memiliki miling list sebagai media untuk berkomunikasi dan tukar-menukar informasi perkembangan keilmuan di daerah masing-masing bagi anggotanya.
Hubungan antar organisasi lainnya yang dilakukan oleh HIMA adalah dengan menggabungkan diri dalam Forum Peduli Pusaka Yogyakarta (FPPY). Forum ini, sampai saat ini terdiri dari tiga organisasi, yaitu HIMA FIB-UGM, LSM Arupadhatu Indonesia, dan Greenmaper Jogja. Kegiatan rutinnya adalah melakukan diskusi rutin dua bulanan yang membahas isu-isu pelestarian di kota Yogyakarta, dan merekomendasikan aksi yang dapat dilakukan oleh anggotanya terkait dengan isu tersebut.
HIMA sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan, meskipun telah terhitung tua dan mapan untuk ukuran organisasi kemahasiswaan dan di tingkat jurusan, tentu tidak lepas dari hal-hal yang selalu harus dievaluasi, dikritisi, dan terus dikembangkan. Untuk itu, sumbangsih dan peran semua warga, sekecil apa pun hal tersebut dalam membawa organisasi ini sesuai dengan visi misinya menjadi penentu dalam kemajuan HIMA. Viva HIMA, Viva Arkeologi.