Monday, October 01, 2007

Sejarah Berdirinya Himpunan Mahasiswa Arkeologi

Salah satu organisasi dari sekian banyaknya pilihan organisasi dalam dunia kampus adalah organisasi mahasiswa di tingkat jurusan atau yang akrab dipanggil himpunan mahasiswa jurusan. Himpunan mahasiswa jurusan, karena berada dalam naungan dan bimbingan jurusan, maka segala bentuk aktifias dan kegiatannya sangat terkait erat dengan disiplin ilmu jurusan tersebut. Pilihan untuk aktif dalam organisasi mahasiswa di tingkat jurusan ini biasanya menjadi alternatif bagi seorang mahasiswa untuk menyesuaikan antara kuliah dan berorganisasi. Stereotip yang mengatakan mahasiswa yang aktif berorganisasi akan menjadi mahasiswa yang lama dalam menyelesaikan studinya sedikitnya dapat terhapus.
Jurusan Arkeologi, yang merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, pun memiliki organisasi atau himpunan mahasiswa jurusan yang bernama Himpunan Mahasiswa Arkeologi atau lebih akrab dipanggil HIMA. HIMA didirikan pada tanggal 19 November 1964, atau hampir seusia dengan jurusan Arkeologi FIB UGM sendiri yang dibentuk pada tahun 1962-1963. Usia 40 tahun bagi sebuah organisasi mahasiswa jurusan tentulah merupakan usia yang telah matang. Di usia yang telah matang tersebut, HIMA telah banyak menyumbangkan hal-hal yang bermanfaat bagi anggotanya maupun bagi dunia keilmuan Arkeologi. Lulusan jurusan arkeologi yang semasa menjadi mahasiswa pernah terlibat dalam aktifitas HIMA telah banyak yang menjadi organisatoris dan arkeolog yang tangguh. Mereka tersebar di instansi-instansi Arkeologi, baik yang telah menjadi dosen di jurusan maupun yang telah bekerja di instansi-insatansi pemerintah yang bergerak di bidang arkeologi, sejarah, kebudayaan, pariwisata dan lainnya.
HIMA mempunyai visi dan misi menjadi wadah bagi anggotanya dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan keilmuan yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan tetap berpegang pada tri dharma perguruan tinggi dan berwawasan almamater. Pengembangan keilmuan arkeologi dan memberikan sumbangsih yang nyata bagi masyarakat menjadi hal penting yang diusung oleh setiap warga. Cita-cita ideal tersebut tentu selalu diharapkan untuk dicapai oleh mahasiswa-mahasiswa yang menjadi warganya, yaitu mahasiswa Arkeologi FIB-UGM.
Sebagaimana umumnya sebuah organisasi, HIMA tentu memiliki struktur untuk memudahkan dalam menjalankan roda organisasi sehingga semua kegiatan dan program yang direncanakan dapat berjalan dengan terarah, terpola dan sistematis. Struktur tersebut terdiri dari perangkat-perangkat yang terbagi dalam beberapa bidang yang sesuai dengan spesifikasi kerja yang akan dilaksanakannya (struktur kepengurusan dapat dilihat pada lampiran susunan kepengurusan). Pada periode kepengurusan 2005-2006 ini HIMA diketuai oleh saudara Jusman Mahmud, mahasiswa angkatan 2002.
Selain bidang-bidang, HIMA juga mempunyai dua Badan Semi Otonom (BSO). BSO merupakan sebuah struktur tersendiri yang lepas dari bidang-bidang dan memiliki arah struktur, dan spesifikasi kerja tersendiri yang tetap mengacu pada visi-misi organisasi dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum. Kedua BSO HIMA tersebut adalah Lembaga Pers Mahasiswa Artefak dan Komunitas Arkeologi Penjelajah Alam dan Kebudayaan (KAPAK).
Artefak pada awalnya merupakan karya penerbitan anak-anak HIMA yang dimunculkan pada tahun 1983. Niatan untuk membuat sebuah majalah ilmiah dan media komunitas bagi mahasiswa Arkeologi UGM maupun mahasiswa Arkeologi di Indonesia tidak lepas dari keinginan para pendahulu untuk mengaktualisasikan lewat tulisan dan mensosialisasikan karya-karya penelitian dan informasi perkembangan ilmu Arkeologi dan kegiatan anak-anak HIMA. Pada awalnya majalah Artefak berada dibawah bidang penerbitan HIMA. Tetapi karena dirasa dalam pengelolaannya perlu untuk menciptakan sebuah mekanisme kerja dan struktur yang lebih semi otonom maka dibentuklah BSO Artefak. Sampai saat ini Artefak telah menelurkan 27 Edisi.
Sementara untuk BSO KAPAK, dalam hal usia terbilang masih belia. BSO ini didirikan pada tahun 2003. Latar belakang didirikannya BSO ini adalah kebutuhan teman-teman mahasiswa untuk melakukan serangkaian kegiatan pelatihan lapangan yang lebih intensif dan sistematis untuk mengaplikasikan langsung teori dan metode yang diperoleh di bangku kuliah, sehingga terjadi keseimbangan antara perolehan ilmu dan pengetahuan kearkeologian lewat kelas dan di lapangan. KAPAK sendiri terdiri dari dua divisi yaitu Divisi Darat dan Divisi Selam yang kemungkinan sebentar lagi berganti nama menjadi Divisi Underwater Arkeologi.
Pada kepengurusan periode 2005-2006 ini, serangkaian program telah disusun oleh pengurus. Secara garis besar program-program tersebut dapat dikategorikan menjadi program kerja umum, khusus (bidang-bidang), insidental, dan program kerja setiap BSO. Program umum terdiri dari serangkaian kegiatan inisisasi dan penyambutan bagi teman-teman mahasiswa baru jurusan Arkeologi FIB-UGM atau calon warga HIMA yang baru, yang terdiri dari Welcome Party, Abhiseka Ratri (Studi Wawasan dan Pengenalan Lapangan), dan Situs ke Situs. Khusus untuk kegiatan Abhiseka Ratri, kegiatan ini sekaligus menjadi syarat bagi teman-teman baru untuk dapat menjadi warga HIMA. Selain kegiatan inisisasi, program kerja umum lainnya adalah perayaan HUT HIMA pada bulan November yang rencananya akan mengadakan kegiatan temu alumni dan halal bihalal.
Program kerja khusus adalah program kerja yang diselenggarakan oleh bidang-bidang. Program ini terdiri dari kegiatan rutin dan kegiatan eventual. Kegiatan rutin seperti olahraga dan latihan fisik rutin agar setiap saat bila kita akan ke lapangan kondisi fisik selalu terjaga. Kegiatan rutin lainnya adalah kunjungan situs dan survei, diskusi bulanan, dan rencananya pameran foto dan pemutaran film tiap dua bulanan sebagai bentuk publikasi dan sosialisasi arkeologi ke masyarakat. Salah satu kegiatan rutin dua tahunan di HIMA telah terlaksana pada tanggal 11-18 Juli 2005, yaitu Inventarisasi Kepurbakalaan Gunung Wilis Jalur Kediri - Ponorogo. Adapun kegiatan eventual yang rencananya akan dilaksanakan adalah Lomba Karya Tulis Ilmiah tiingkat Pelajar SMU di Yogyakarta dan workshop pelestarian Benda Cagar Budaya, Pelatihan Analisa Sosial Kearkeologian, dan Inventarisasi Bangunan Kuna Yogyakarta.
Program kerja insidental adalah program kerja yang direncanakan jika terdapat hal-hal yang dirasa perlu untuk dilaksanakan. Umumnya kegiatan seperti ini muncul dari ide-ide dari aktifitas diskusi teman-teman mahasiswa. Semakin sering berdiskusi, baik formal maupun hanya ngobrol ngalor ngidul ala mahasiswa, biasanya semakin banyak ide-ide yang muncul. Dan sebisa mungkin ide-ide tersebut akan diakomodir oleh pengurus.
Kegiatan Artefak dan KAPAK pada dasarnya kegiatan rutin, yaitu jika Artefak membuat dan memproduksi Majalah Ilmiah Mahasiswa setiap semester serta Buletin sebagai media komunitas mahasiswa Arkeologi tiap bulannya, maka KAPAK melakukan serangkaian kegiatan pelatihan lapangan, baik di darat maupun di laut. Salah satu nilai plus dari kegiatan KAPAK, khususnya Divisi Selam adalah teman-teman dapat mengikuti serangkaian pelatihan yang bermuara pada sertifikasi penyelaman. Memang untuk aktifitas ini terbilang mahal, karena dalam rangkaian pelatihannya membutuhkan biaya yang besar untuk sewa alat rutin dan pada saat harus melakukan Latihan Perairan Terbuka, sampai proses sertifikasinya.
Selain kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tubuh organisasi, HIMA juga menjalin hubungan yang erat dengan lembaga-lembaga lainnya, baik lembaga Arkeologi maupun lembaga lainnya. Mahasiswa Arkeologi se Indonesia memiliki sebuah forum yang bernama Forum Komunikasi Mahasiswa Arkeologi se Indonesia (FKMAI), dan HIMA pun terlibat didalamnya sebagai anggota. Kegiatan rutin forum ini adalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi Mahasiswa se Indonesia (PIAMI) setiap dua tahun sekali dan pelaksanannya secara bergantian oleh anggotanya, yaitu Himpunan Mahasiswa Arkeologi (HIMA) FIB-UGM, Keluarga Mahasiswa Arkeologi (KAMA) Universitas Indonesia di Jakarta, Warga Mahasiswa Arkeologi (WARMA) Universitas Udayana di Denpasar Bali, dan Keluarga Mahasiswa Arkeologi (KAISAR) Universitas Hasanuddin di Makassar Sulawesi Selatan. Pada tahun 2006 PIAMI akan diselenggarakan oleh KAISAR di Makassar, Sulawesi Selatan. FKMAI juga memiliki miling list sebagai media untuk berkomunikasi dan tukar-menukar informasi perkembangan keilmuan di daerah masing-masing bagi anggotanya.
Hubungan antar organisasi lainnya yang dilakukan oleh HIMA adalah dengan menggabungkan diri dalam Forum Peduli Pusaka Yogyakarta (FPPY). Forum ini, sampai saat ini terdiri dari tiga organisasi, yaitu HIMA FIB-UGM, LSM Arupadhatu Indonesia, dan Greenmaper Jogja. Kegiatan rutinnya adalah melakukan diskusi rutin dua bulanan yang membahas isu-isu pelestarian di kota Yogyakarta, dan merekomendasikan aksi yang dapat dilakukan oleh anggotanya terkait dengan isu tersebut.
HIMA sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan, meskipun telah terhitung tua dan mapan untuk ukuran organisasi kemahasiswaan dan di tingkat jurusan, tentu tidak lepas dari hal-hal yang selalu harus dievaluasi, dikritisi, dan terus dikembangkan. Untuk itu, sumbangsih dan peran semua warga, sekecil apa pun hal tersebut dalam membawa organisasi ini sesuai dengan visi misinya menjadi penentu dalam kemajuan HIMA. Viva HIMA, Viva Arkeologi.

1 comment:

Anonymous said...

Egoisme kepemimpinan itu harus diberangus. Vote new HIMA leader!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Gunakan hati nurani, teman-teman di HIMA adalah MANUSIA, bukan ALAT untuk mencapai terselesaikannya JOBDESK.